Teori perilaku konsumen (the theory of consumer behavior) menjelaskan bagaimana konsumen
mengalokasikan pendapatan mereka untuk membeli berbagai macam barang dan
jasa.(Pindyck dan RubinFeld, 2009). Konsumsi terhadap barang dan jasa akan menghasilkan
kepuasan konsumen atau satisfaction, yang dalam ilmu ekonomi
dinamakan utilitas.
Telah lama terjadi perdebatan yang panjang tentang
utilitas dalam ilmu ekonomi. Para
ekonom neoklasik menganggap utilitas (daya guna) suatu barang tidak perlu
diukur, cukup untuk diketahui dan konsumen mampu membuat urutan tinggi
rendahnya daya guna yang diperoleh dari mengkonsumsi sekelompok barang yang
dikenal dengan Ordinal Utility Approach
diperkenalkan oleh Hicks dan Allen. Sedangkan banyak pula ekonom yang
berkeyakinan bahwa daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati. Pendekatan kardinal biasa juga disebut sebagai pendekatan marginal utility.
berkeyakinan bahwa daya guna dapat diukur dengan satuan uang atau utilitas, dan tinggi rendahnya nilai atau daya guna tergantung kepada subyek yang menilai. Pendekatan ini juga mengandung anggapan bahwa semakin berguna suatu barang bagi seseorang, maka akan semakin diminati. Pendekatan kardinal biasa juga disebut sebagai pendekatan marginal utility.
1.
Pendekatan Kardinal.
Pendekatan kardinal didasari oleh beberapa
asumsi utama. Asumsi pertama bahwa utility tidak hanya dapat diperbandingkan
tetapi dapat pula diukur. Satuan ukur yang digunakan dinamakan “util”. Karena realita menunjukan sangat
sulit mengukur tingkat kepuasan seseorang maka asumsi ini sering disebut tidak
realistik. Inilah yang selalu ditonjolkan sebagai kelemahan dari pendekatan
kardinal, namun dari segi lain pendekatan kardinal memiliki banyak kelebihan
diantaranya adalah lebih muda untuk dipahami/dimengerti konsep kepuasan
seseorang.
Dalam pendekatan kardinal juga
menggunakan asumsi berlakunya hukum Gossen I yang dikemukakan oleh ahli ekonomi
Jerman Hermann Heinrich Gossen
(1810-1858). Hukum Gossen menyatakan bahwa
semakin banyak sesuatu barang dikonsumsi, maka tambahan kepuasan (Marginal Utility) yang diperoleh dari
setiap tambahan yang dikonsumsi akan menurun. Hukum Gossen ini dikenal dengan Law of Diminishing Marginal Utility. Yang
dimaksud dengan Marginal Utility merupakan pertambahan (atau pengurangan) kepuasan
sebagai akibat dari pertambahan (atau pengurangan) dari konsumsi satu unit
barang tertentu.
Asumsi lainnya dari pendekatan
kardinal adalah konsumen selalu berusaha mencapai kepuasan total (Total
Utility) yang maksimum. Total Utility adalah jumlah seluruh kepuasan yang
diperoleh dari mengkonsumsi sejumlah barang tertentu.
Hubungan antara Total Utilitas (TU), Average Utility (AU) dan
Marginal Utility (MU) dapat ditulis sebagai berikut:
TUn = MU1 + MU2
+ MU3 + …….. + MUn …….………………………... 1.1
Atau
TUn
=
..……………………………………..........………….....1.1.a
Atau
TUn
= AUn x n ..........…………………………………………………1.1.b
Mencari Kepuasan Rata-rata (Average
Utility).
AUn
= TUn : n ………………………………………………………… 1.2
Atau
AUn =
………………………………………………………. 1.2.a
Mencari Guna Batas (Marginal Utility
= MU )
MUn =
………………………………………………………. 1.3
Atau
MUn = AUn x n – AUn-1 x (n-1) ……………………………………….. 1.3.a
Konsumen selalu diperhadapkan pada keterbatasan
pendapatan. Untuk itu selalu ada Garis
anggaran (BL) yang memperlihatkan sejumlah dana yang dimiliki konsumen (M)
yang dapat dipergunakan untuk membeli beberapa jenis barang (n jenis)
pada tingkat harga masing-masing.
M = X.Px
+ Y.Py + Z.Pz + ………… + N.Pn ………………….………… 1.4
Bila hanya ada dua jenis barang, misalnya
barang X dan Y:
M = X.Px
+ Y.Py……………………………………….…………………....1.4.a
Keseimbangan konsumen memperlihatkan total kepuasan
maksimum yang diperoleh konsumen dari membelanjakan sejumlah dana (M) untuk
membeli beberapa jenis barang (n jenis) pada tingkat harga masing-masing. Bila hanya ada satu jenis barang (barang X ),
maka keseimbangan konsumen tercapai bila marginal utility barang
tersebut sama dengan harganya
MUx
= Px
…………………………………………………………………….1.5
Atau
= 1
………………………………………………………………….1.5.a
Bila ada beberapa jenis barang (n jenis),
maka keseimbangan konsumen tercapai bila :
……………………………………1.6
Untuk penyederhanaan dalam analisis, kita
asumsi hanya ada dua barang yang dibeli konsumen (barang X dan y ), maka keseimbangan konsumen
tercapai bila :
atau
…………………………………………….1.7
2. Pendekatan Ordinal
Kelemahan
dalam penggunaan pendekatan kardinal adalah pada asumsi bahwa nilai
utiliti/kepuasan dapat diukur dengan angka-angka. Pada kenyataannya kepuasan
merupakan sesuatu yang tidak mudah diukur sehingga sangat sulit diukur dengan
angka. Kondisi demikian membuat Sir John
R Hicks mengembangkan pendekatan Ordinal dengan menggunakan kurva kepuasan
sama (Indifference Curve). Pendekatan
Ordinal menggunakan asumsi-asumsi sebagai berikut Koutsoyiannis,1985) :
(a)
Rasionalitas. Konsumen diasumsikan rasional dimana selalu berusaha
memaksimumkan utilitinya, berdasarkan pendapatannya dan harga pasar tertentu
serta memiliki pengetahuan yang cukup tentang semua informasi yang relevan.
(b)
Utility adalah
Ordinal. Konsumen dianggap dapat menyusun secara urut (Rank) pilihan-pilihannya terhadap berbagai kelompok barang
(Basket’s of goods) berdasarkan tingkat kepuasan setiap kelompok.
(c)
Tingkat subtitusi marginal yang menurun (diminishing marginal rate of subtitution).
Pilihan-pilihan (preferences) disusun
dalam bentuk kurva indeferen, yang diasumsikan cembung (convex) pada titik origin. Hal ini menunjukan bahwa slope kurva
indeferen adalah menaik. Slope kurva indeferen ini disebut tingkat subtitusi
marginal dari suatu komoditi. Pendekatan kardinal didasarkan pada aksioma ini.
(d)
Total Utiliti tergantung pada kuantitas komoditi yang
dikonsumsi. Secara matematis ditulis : U = ⌠f(q1,q2,q3,
......,qn).
(e)
Konsistensi dan transivitas dalam pilihan. Konsumen
diasumsikan dalam pilihannya yaitu, jika pada suatu waktu ia memilih kelompok
barang A dari kelompok barang B, ia tidak akan memilih kelompok barang B dari
pada kelompok barang A pada saat yang lain. Asumsi konsistensi dapat ditulis
dengan simbol: Jika A>B, maka B>A. Sifat transitivitas : jika A lebih
disukai daripada B, dan B lebih disukai daripada C, maka A lebih disukai
daripada C. Asumsi ini dapat ditulis dengan simbol: Jika A > B, dan B > C,
maka A>C.