Tuhan yang adil terkesan agak berpihak saat menciptakan bumi
Sitaro. Terasa bagi semua insan yang pernah tinggal di Sitaro, bagaimana tanah Sitaro
diciptakan sangat subur, “tongkat dan kayupun ditancapkan di tanah, akan tumbuh
jadi tanaman”.Sungguh modal alam yang tak terkira diberi Sang Kuasa. Tanpa
pupuk, pertanian dan perkebunan Sitaro tumbuh subur.
Alam yang subur tak cukup untuk memberikan bukti keberpihakan
Tuhan saat menciptakan Bumi Sitaro. Sebuah kumpulan pulau-pulau kecil ini
juga ditempatkan otak-otak tajam yang mampu bersaing di level internasional,
nasional maupun level regional. Tak terhitung para profesional dengan
kecemerlangan ide
dilahirkan dari Bumi Sitaro. Walaupun tidak memiliki data
resmi, namun penulis memperkirakan dari tanah Sitaro telah lahir kurang lebih
100 doktor dari berbagai kajian ilmu, kurang lebih 100 pengusaha beromset ratusan milyar, kurang lebih 1000 pelaut
berijasah ANT1, kurang lebih 100 memegang eselon II ke atas di berbagai
tingkatan birokrasi baik level provinsi, kementrian/lembaga dan kurang lebih
100 bidang lain dalam deretan top level. Luar biasa.......... Tuhan sangat
berpihak ke kita.
Apa yang terjadi dengan Tuhan saat itu? Apakah Tuhan tidak
sayang dengan manusia Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diciptakan dengan tanah
yang tandus. Kenapa manusia Papua dan bahkan Jawa sekalipun tidak sepintar
orang Sitaro? Apakah sifat adil yang Tuhan miliki nanti hadir setelah menciptakan
bumi Sitaro? Itulah serentetan pertanyaan filosofis yang sering hinggap di
pikiran penulis.
Pada hari ini, 8 September 2013, tepat di saat warga Sitaro
menantikan Kakaku (Siska Salindeho) dilantik mendampingi Toni Supit untuk memimpin Sitaro pada periode
kedua, saya memaksa semua yang membaca tulisan ini untuk mencoba daya nalar
bersama, dengan dua pertanyaan dasar: satu, apakah Sitaro akan seperti sekarang
kalau tidak dimekarkan? dan kedua, , apakah Sitaro akan seperti sekarang kalau
tidak dipimpin oleh Toni Supit pada periode 2008-2013?
Untuk pertanyaan pertama mungkin kita sepakat menjawab “tidak”.
Tanpa pemekaran wilayah Sitaro hanyalah bagian kecil dari kumpulan kecamatan di
wilayah kab. Sangihe. Sitaro dibawah hegemony Sangihe. Tapi apakah kehadiran Toni Supit sebagai Bupati adalah
Berkah buat Sitaro? Apa yang membedakan Sitaro sebelum dan sesudah pemekaran?.
Dalam
pengamatan penulis, Sitaro sekarang tidak jauh berubah dari yang lalu dalam hal
SDM. Perubahan hanya terlihat pada infrastruktur perkantoran di Ondong, Jalan
semakin mulus (dibanding sebelum pemekaran), ada Boulevard di Ulu, dan Rumah
Sakit di Sawang dan Taghulandang. Itulah perbedaan yang teramati. Apakah itu
dapat dikatakan Sitaro telah maju? Berani penulis jawab: "TIDAK". Sitaro belum
maju. Kenapa?
Pertama: dalam hal ketahanan pangan, miris melihat bumi
Sitaro yang subur tapi ubi kayu, sayur-sayur, rempah dll tetap dipasok dari
manado. Mengapa?;
Kedua: Infrastruktur kesehatan, belum ada Rumah Sakit yang minimal
bertipe C, RSUD Taghulandang masih berkategori NK (sumber: profil kesehatan
Sulut, 2012).
Ketiga : Jumlah Uang Beredar di Sitaro semakin tahun semakin kecil
karena adanya kecendrungan masyarakat tingkat menengah atas (termasuk Bupati
dan pejabat pemkab), mencari uang di Sitaro dan membelanjakan di manado.
Keempat : Harga sejumlah bahan pokok rumah tangga semakin
tinggi karena faktor biaya transportasi dan mahalnya BBM di Sitaro. Isu klasik
yang tidak ingin diselesaikan?
Kelima: posisi relatif IPM Sitaro masih jauh tertinggal,
inilah kunci kemajuan daerah untuk menyimpulkan tidak ada kemajuan berarti pada
periode I Toni Supit.
Di hari pelantikan ini, ada Asa dari kami yang jauh untuk melihat Sitaro yang maju. Ciptakan kemajuan bukan sekedar mempercantik wilayah. Utamakan pembangunan manusia dan pertahankan infrastruktur yang ada. Kembangkan ekonomi, persatukan persaudaraan. Majulah Sitaro. Doa rakyat yang telah memilih menyertai Toni Supit dan Kakaku Siska Salindeho.
Tulisan ini sekaligus merupakan permintaan maaf di awal pemerintahan Siska Salindeho (Cikare), karena kemarin Cikare adalah Kakaku yang kusayangi dan kuhormati tapi kini adalah pemimpinku yang akan kuikuti sekaligus kukritisi dan kukoreksi demi Sitaro yang tercinta.
SELAMAT..... SELAMAT.... dan SELAMAT, INGAT TUHAN BERPIHAK KE KITE TAU SITARO.
Makassar, 8 September 2013.