pengunjung yg online

Anda pengunjung ke :

Friday, June 19, 2009

AKANKAH KITA SEDANG MENUJU SISTEM BIG GOVERNMENT LAGI?

Akhir-akhir ini kita sedang dipertontonkan oleh penolakan para politisi terhadap tokoh yang menganut neoliberal (neolib). Publik pun banyak yang terseret opini bahwa ekonomi gaya neolib tidak sesuai lagi diterapkan dalam mengelola pemerintahan indonesia dewasa ini. Pertanyaan yang kemudian mengemuka, apa sistem yang akan kita pakai kedepan?

walaupun "ekonomi kerakyatan" menjadi pilihan para capres menjual dagangan politiknya, penulis ragu dengan konsep tersebut karena secara teoritis, belum ada (setahu saya) pengkajian yang sangat mendalam dari implementasi ekonomi kerakyatan yang sekarang sedang jadi pilihan tunggal pengelolaan ekonomi nasional ke depan (siapapun presidennya)

Neolib kita kenal dilandasi oleh pemikiran klasik yang menyerahkan ekonomi pada kekuatan pasar (invisible hand) dengan semboyan yang sangat terkenal yaitu : supply creates demand. depresi besar di tahun 1929 -1930 sebenarnya telah mengkoreksi pemikiran klasik tersebut dengan lahirnya pemikiran keynes lewat "general theory" yang menyediakan peran pemerintah yang cukup untuk melakukan intervensi dalam perkeonomian nasional.

Pemikiran-pemikiran keynes, selanjutnya berdampak pada gaya pemerintahan : "big government" dimana didalamnya melahirkan bibit-bibit unggul KKN. Seiring perjalanan waktu, pemikiran keynes tidak digunakan lagi dengan melihat berbagai kemunduran dalam perekonomian akibat penerapannya. Reinventing Gov, Good Governance dan berbagai konsep lain yang mencekcoki pemikiran pengelola negara semakin memperkokoh ketertinggalan gaya pengelolaan negara dengan sistem big government.

Waktu sedang berjalan, ketika dihadapan kita bersama terasa hantu "krisis keuangan global". para capres kemudian berpaling untuk melirik sistem lain dari neolib yang dianggap rentan terhadap krisis. Merk yang paling terkenal pada iklan-iklan politik (bukan ekonomi lho....) adalah ekonomi perlu campur tangan pemerintah!!!. Retorika yang dipakai untuk mendapat simpati rakyat adalah dengan menyebut : kedepan kita harus menggunakan sistem perekonomian kerakyatan. apa tuh?

Penulis beranggapan, ekonomi kerakyatan memiliki kandungan : big government yang besar. untuk itu : hati2 dengan penghalusan bahasa yang digunakan para politisi, kecuali kita semua setuju dengan pengelolaan negara gaya big gov.

tentukan pilihan anda di bilik tps masing-masing. nasib negara ada di tangan anda semua. GBU

Wednesday, February 4, 2009

TANGGUNGJAWAB

Tugas kadang membuat kita lupa akan kebutuhan pribadi. Membuat kita lupa akan diri sendiri yang memiliki banyak kebutuhan, istirahat, makan, tidur dan lainnya. Hal itu terasa dalam 3 (tiga) hari ini. Segudang tugas harus saya selesaikan. Tergadang sisi manusia terlintas dipikiranku sendiri dan terngiang : birokrat yang lain sedang asyik istirahat kita masih kerja, Birokrat lain trima penghasilan yang gede - kita yang kerja keras..... begitukah..?????.

2 (dua) hari terakhir ketika harus menyelesaikan tugas, saya belum bersentuhan sama sekali dengan kasur yang dipaketkan dengan bantal dan guling, serta diselimuti bad cover. Mahlum pekerjaan sudah jatuh tempo (utang kali...). Dalam kondisi lelah (udah 50 jam) belum tidur, datang seorang birokrat (merangkap seorang pengusaha) and langsung berkata : noldy.... bodoh kamu, napa harus paksakan diri kerja, mending pulang istirahat.
Wueleh.... sontak tegangan emosiku naik berlipat, ini bukan persoalan bodoh atau pintar pikirku. dengan keras saya jawab, ini persoalan tanggung jawab. saya bertanggungjwb menyelesaikan pekerjaan ini. bertanggungjawab pada kualitas pekerjaan, bertanggungjawab karena setiap tanggal 1 setiap bulan terima gaji dan bertanggungjawab karena 300 rb masy Jeneponto menunggu hasil dari pekerjaanku dan lebih dari itu, karena Tuhan yang saya percayai dan saya sembah telah memberikan saya talenta untuk bekerja. Di alam lain, orangtuaku (papiku) pasti bangga bahwa dia telah mendidik anaknya untuk menjadi "pengabdi" bagi negeri ini dan bukan menjadi pengacau negeri. pak, lanjut saya: tanggung jawab jangan samakan dengan kebodohan, kalo bapak tidak memiliki tanggung jawab, bukan berarti bapak lebih pintar dari saya.

Miris dan sedih....
itulah yang selalu dirasakan birokrat seperti saya.
semua pekerjaan yang diselesaikan kadang mendapat reward yang menawarkan hati.
rajin sering diartikan cari muka (menjilat)
hidup sederhana diartikan tidak kreatif.
hidup sedikit enak dituding korupsi

itulah dunia birokrat
namun, kala hati sedang dibuat kecewa.
sejenak saya merenung dan mengingat hymne abdi praja

DEMI TUHAN YANG MAHA ESA
NUSA DAN BANGSA
KAMI BERSUMPAH SETIA
UNTUK MENGABDI DAN MELINDUNGI

SERTA MENGAYOMI BANGSAKU, NEGERIKU, TANAH AIRKU
INDONESIA
KUSERAHKAN
SELURUH
JIWA RAGAKU

KUSERAHKAN
SELURUH BHAKTIKU
UNTUK PERTIWI

TERIMALAH PENGABDIANKU
TERIMALAH BHAKTIKU

ABDI PRAJA
DHARMA SATRIA
NAGARA BHAKTI



Akhirnya :

SEMOGA TUHAN MEMBERKAHI NEGERI INI
AMIN



Wassalam
Saran Anda Akan Menambah Sejuta Ide Saya