pengunjung yg online

Anda pengunjung ke :

Friday, April 20, 2012

MALUNSEMAHE DALAM KEKINIAN

Kata “Malunsemahe” berasal dari bahasa Sangihe yang dapat dipadankan dengan kata “Peace”(Inggris) atau damai. Referensi tentang kata 'malunsemahe' dalam bahasa Sangihe kuno sampai tulisan ini dibuat belum saya temukan. Namun dari padanan kata damai, saya mencoba menjadikan pintu masuk untuk menjelaskan “konsep Malunsemahe” yang merupakan kearifan lokal dengan berprinsip : ”Berpikir Global, Bertindak Lokal”.

Ada sebuah tulisan menarik dari seorang penulis yang mencuri perhatian saya dalam mencoba memaknai kata Malunsemahe (pranaindonesia.wordpress.com/ kisah-inspirasional/arti-damai) . Tulisan itu memulai dengan cerita tentang seorang raja yang menawarkan hadiah yang sangat besar pada pelukis yang dapat membuat lukisan terbaik yang menggambarkan Malunsemahe (kedamaian). Banyak pelukis yang mencobanya. Raja mengamati semua lukisan itu. Tapi ternyata hanya ada dua lukisan yang benar-benar disukainya, dan dia harus memilih salah satu di antaranya.

Salah sebuah lukisan menggambarkan sebuah danau yang tenang. Danau itu merupakan cermin sempurna dari gunung-gunung yang menjulang tinggi penuh kedamaian yang ada disekitarnya. Di atasnya ada langit biru dengan awan lembut di sana-sini. Semua yang melihat lukisan itu tentu sepakat bahwa lukisan itu berhasil menggambarkan Malunsemahe dengan sangat sempurna.

Lukisan yang satu lagi juga menggambarkan gunung. Tetapi gunung itu nampak gersang dan gundul. Diatasnya ada langit yang sedang murka, dari situ langit turun hujan yang disertai petir menyambar. Jauh di kaki gunung mengalir air terjun yang berbuih. Lukisan itu tidak menggambarkan Malunsemahe sama sekali. Tetapi ketika sang Raja mengamatinya lebih dekat, di balik air terjun itu dilihatnya tumbuh semak kecil di antara retakan sebuah batu. Di semak itu ada seekor burung dalam sarang yang dibangunnya. Di sana, di tengah gelora air terjun, seekor burung duduk mengeram dalam sarangnya dengan penuh kedamaian.

Lukisan yang mana yang akan memenangkan hadiah raja? Sang raja memilih lukisan yang kedua. Anda tahu kenapa?
“Karena,” jelas sang raja: “Malunsemahe tidak berarti berada di suatu tempat tanpa suara, tanpa gangguan, tanpa masalah, atau tanpa kerja keras. Malunsemahe berarti berada di tengah semua itu dengan hati yang tetap tenang. Itu adalah arti Malunsemahe yang sesungguhnya.”

Cerita imajinatif tersebut di atas, mengilhami saya untuk lebih lanjut memaknai Malunsemahe. Jika Malunsemahe didefinisikan sebagai suasana hati yang tenang, maka kita sedang berada pada jalur kestabilan emosi. Apakah yang membuat anda tenang? Mungkin jawabannya akan berbeda ketika ditanya ke saya atau ke Bupati Sitaro (Baca Tony Supit). Malunsemahekah anda ketika membaca data statistik angka keluarga pra sejahtera masih sejumlah 1.964 KK atau 10,4%?, Malunsemahekah anda ketika hasil penilaian EPDOB Sitaro yg merupakan satu2nya Daerah baru dgn predikat KURANG BAIK?

Untuk itu, Konsep Malunsemahe dalam kekinian harus diarahkan kepada peningkatan martabat manusia, ketika ada “rasa bangga (bukan sombong)” terhadap daerahnya, Negaranya, Pemimpinnya, atau bangga terhadap dirinya sendiri, maka itulah makna Malunsemahe dalam kekinian.

Permasalahannya, Apa yang mesti pemerintah kerjakan agar Malunsemahe dalam kekinian itu dapat terwujud? Jawabannya sederhana, jadikan masyarakat cerdas, sehat dan maju. Semoga Malunsemahe bukanlah impian dan angan-angan semata. Malunsemahe adalah rindu yang akan terobati.
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :

No comments:

Saran Anda Akan Menambah Sejuta Ide Saya