pengunjung yg online

Anda pengunjung ke :

Saturday, September 7, 2013

MENGAIS ASA PADA PERIODE II TONI SUPIT (Sebuah Kado Pelantikan untuk kakaku: Siska Salindeho)


Tuhan yang adil terkesan agak berpihak saat menciptakan bumi Sitaro. Terasa bagi semua insan yang pernah tinggal di Sitaro, bagaimana tanah Sitaro diciptakan sangat subur,  “tongkat  dan kayupun ditancapkan di tanah, akan tumbuh jadi tanaman”.Sungguh modal alam yang tak terkira diberi Sang Kuasa. Tanpa pupuk, pertanian dan perkebunan Sitaro tumbuh subur.

Alam yang subur tak cukup untuk memberikan bukti keberpihakan Tuhan saat menciptakan Bumi Sitaro. Sebuah kumpulan pulau-pulau kecil ini juga ditempatkan otak-otak tajam yang mampu bersaing di level internasional, nasional maupun level regional. Tak terhitung para profesional dengan kecemerlangan ide
dilahirkan dari Bumi Sitaro. Walaupun tidak memiliki data resmi, namun penulis memperkirakan dari tanah Sitaro telah lahir kurang lebih 100 doktor dari berbagai kajian ilmu, kurang lebih 100 pengusaha beromset  ratusan milyar, kurang lebih 1000 pelaut berijasah ANT1, kurang lebih 100 memegang eselon II ke atas di berbagai tingkatan birokrasi baik level provinsi, kementrian/lembaga dan kurang lebih 100 bidang lain dalam deretan top level. Luar biasa.......... Tuhan sangat berpihak ke kita.

Apa yang terjadi dengan Tuhan saat itu? Apakah Tuhan tidak sayang dengan manusia Nusa Tenggara Timur (NTT) yang diciptakan dengan tanah yang tandus. Kenapa manusia Papua dan bahkan Jawa sekalipun tidak sepintar orang Sitaro? Apakah sifat adil yang Tuhan miliki nanti hadir setelah menciptakan bumi Sitaro? Itulah serentetan pertanyaan filosofis yang sering hinggap di pikiran penulis.

Pada hari ini, 8 September 2013, tepat di saat warga Sitaro menantikan Kakaku (Siska Salindeho) dilantik mendampingi  Toni Supit untuk memimpin Sitaro pada periode kedua, saya memaksa semua yang membaca tulisan ini untuk mencoba daya nalar bersama, dengan dua pertanyaan dasar: satu, apakah Sitaro akan seperti sekarang kalau tidak dimekarkan? dan kedua, , apakah Sitaro akan seperti sekarang kalau tidak dipimpin oleh Toni Supit pada periode 2008-2013?   
Untuk pertanyaan pertama mungkin kita sepakat menjawab “tidak”. Tanpa pemekaran wilayah Sitaro hanyalah bagian kecil dari kumpulan kecamatan di wilayah kab. Sangihe. Sitaro dibawah hegemony Sangihe. Tapi apakah kehadiran Toni Supit sebagai Bupati adalah Berkah buat Sitaro? Apa yang membedakan Sitaro sebelum dan sesudah pemekaran?.

Dalam pengamatan penulis, Sitaro sekarang tidak jauh berubah dari yang lalu dalam hal SDM. Perubahan hanya terlihat pada infrastruktur perkantoran di Ondong, Jalan semakin mulus (dibanding sebelum pemekaran), ada Boulevard di Ulu, dan Rumah Sakit di Sawang dan Taghulandang. Itulah perbedaan yang teramati. Apakah itu dapat dikatakan Sitaro telah maju? Berani penulis jawab: "TIDAK". Sitaro belum maju. Kenapa?
Pertama: dalam hal ketahanan pangan, miris melihat bumi Sitaro yang subur tapi ubi kayu, sayur-sayur, rempah dll tetap dipasok dari manado. Mengapa?;
Kedua: Infrastruktur kesehatan, belum ada Rumah Sakit yang minimal bertipe C, RSUD Taghulandang masih berkategori NK (sumber: profil kesehatan Sulut, 2012).
Ketiga : Jumlah Uang Beredar di Sitaro semakin tahun semakin kecil karena adanya kecendrungan masyarakat tingkat menengah atas (termasuk Bupati dan pejabat pemkab), mencari uang di Sitaro dan membelanjakan di manado.
Keempat : Harga sejumlah bahan pokok rumah tangga semakin tinggi karena faktor biaya transportasi dan mahalnya BBM di Sitaro. Isu klasik yang tidak ingin diselesaikan?
Kelima: posisi relatif IPM Sitaro masih jauh tertinggal, inilah kunci kemajuan daerah untuk menyimpulkan tidak ada kemajuan berarti pada periode I Toni Supit.

 Di hari pelantikan ini, ada Asa dari kami yang jauh untuk melihat Sitaro yang maju. Ciptakan kemajuan bukan sekedar mempercantik wilayah. Utamakan pembangunan manusia dan pertahankan infrastruktur yang ada. Kembangkan ekonomi, persatukan persaudaraan. Majulah Sitaro. Doa rakyat yang telah memilih menyertai Toni Supit dan Kakaku Siska Salindeho.

Tulisan ini sekaligus merupakan permintaan maaf di awal pemerintahan Siska Salindeho (Cikare), karena kemarin Cikare adalah Kakaku yang kusayangi dan kuhormati tapi  kini adalah pemimpinku yang akan kuikuti sekaligus kukritisi dan kukoreksi demi Sitaro yang tercinta.

SELAMAT..... SELAMAT.... dan SELAMAT, INGAT TUHAN BERPIHAK KE KITE TAU SITARO.

Makassar, 8 September 2013.
Silahkan Tinggalkan Komentar Anda :
Saran Anda Akan Menambah Sejuta Ide Saya